Tuesday, 16 December 2008

Perlunya Perubahan Perekrutan Tenaga Kerja

Oleh : Slamet Wiharto

Selama ini kita tahu dalam perekrutan tenaga kerja di dalam negeri masih menggunakan tes psikotes, padahal di luar negeri model perekrutan tenaga kerja yang menggunakan metode psikotes sudah ditinggalkan dan sudah tidak relevan lagi. Banyak contoh dan kasus yang terjadi dan dialami oleh para pencari kerja. Banyak sekali para lulusan dari perguruan tinggi ternama, yang tidak bisa tembus dan lulus dalam tes psikotes yang diadakan oleh para perusahaan yang membutuhkan karyawan, pada umumnya adalah BUMN dan pegawai negeri. Para pencari kerja tersebut memiliki indeks prestasi yang baik, dan ada juga yang lulus kuliah dengan predikat cum laude, tetapi yang jadi masalah adalah banyak juga dari mereka yang tidak lulus dalam tes psikotes yang diadakan untuk penyeleksian tenaga kerja.

Kasus seperti ini seharusnya bisa menjadi bahan penelitian dan menjadi fenomena tersendiri dalam model perekrutan tenaga kerja. Contoh kasus ada, seorang mahasiswa yang telah lulus kuliah sarjana dari perguruan tinggi negeri dengan predikat cum laude dan selalu gagal bila mengikuti seleksi tes pegawai negeri dan BUMN, gagalnya dalam tes psikotes. Ternyata hal ini banyak dialami oleh para pekerja lainnya. Tetapi ada juga yang indeks prestasinya standar yaitu 2.75 dan dari perguruan tinggi swasta dan tidak ternama bisa lulus dalam semua tes yang diikuti termasuk tes psikotes.

Dengan banyak kasus di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kepintaran seseorang sebenarnya bukan dinilai dari tes psikotes tersebut, melainkan berdasarkan banyak faktor. Ada orang yang pintar dalam satu hal dan tidak dalam hal lain, misalnya ada orang yang pandai dalam berhitung atau matematika, dan tidak pandai dalam menghafal, begitu pula sebaliknya. Itulah sebabnya ada ungkapan "No Bodies Perfect" jadi tidak ada orang yang sempurna. Mungkin saja ada orang yang memiliki indeks prestasi standar tapi pintar dalam menjawab soal- soal psikotes dan begitu pula sebaliknya.

Manusia yang hidup di alam ini adalah saling melengkapi dan semua saling membutuhkan, mencari pasang hidup juga mencari pasangan yang bisa saling melengkapi satu sama lain. Makanya di Barat dalam perekrutan tenaga kerja sudah tidak menggunakan model tes psikotes lagi, mereka memakai tes kemampuan dari bakat seseorang. Banyak orang yang memiliki indeks prestasi yang bagus yaitu diatas 3.00 dan cum laude memilih mengikuti seleksi calon pegawai perusahaan asing di luar negeri, karena mereka lebih menghargai indeks prestasi yang dirintis sejak masa kuliah, daripada hasil tes psikotes yang dilakukan hanya sekali, sama halnya dengan pepatah yang mengatakan "Rusak Susu Sebelangga". Contohnya bila ada perusahaan marketing yang ingin mencari karyawan maka yang dicari adalah orang- orang yang memiliki jiwa dan bakat marketing, namun dalam hasil seleksi dan tes bakatnya ditemukan orang- orang yang memiliki bakat menganalisa dan tidak ada bakat dalam bidang marketing, maka otomatis tidak bisa menjadi karyawan perusahaan tersebut, penilaian tersebut fair.

Perekrutan karyawan pegawai negeri atau BUMN yang menggunaka metode tes psikotes sangat banyak menimbulkan fraud atau kecurangan, banyak sekali calon pegawai negeri atau BUMN adalah orang- orang titipan (kenalan orang dalam) atau KKN, yang sebenarnya tidak memilki kemampuan dalam pekerjaan yang dicari tersebut dengan kata lain "No Right Man In The Right Place." Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya perusahaan BUMN dan pegawai negeri yang tidak produktif, karena hanya diisi dan di duduki oleh orang- orang yang tidak memiliki kemampuan dalam pekerjaannya. Praktek seperti ini masih banyak dilakukan oleh para oknum pegawai negeri dan BUMN dengan menawarkan pekerjaan namun harus membayar sejumlah uang sebagai gantinya.

No comments: